Dunia itu indah dan penuh warna!
Siapa sih aku

Rini Fardhiah(fardhy_jamapi@yahoo.com)
Lahir di Jakarta, 30 Juli 1981. Lulusan Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA Sastra Jepang, menyukai sastra dan filsafat. Puisinya dimuat di antologi bersama Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia 2005, Nubuat Labirin Luka Antologi Puisi Untuk Munir, Antologi Bersama Penyair Perempuan Indonesia Negeri Terluka Surat Putih 3, Antologi Puisi Dian Sastro for President #2 Reloaded, dan dimuat di berbagai media cetak nasional dan lokal serta beredar di jaringan maya (;situs sastra dan milis). Naskah Skenarionya yang berjudul ILUSI, sebuah skenario film fiksi ilmiah, masuk nominasi dalam Perlombaan Nasional Penulisan Skenario Film Kompetitif 2005 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan & Pariwisata. Naskah dramanya yang berjudul Berdiri di Atas Badai masuk nominasi (6 Besar) dalam Perlombaan Nasional Penulisan Naskah Drama Perempuan dalam rangka menyambut Konferensi Internasional Perempuan Penulis Naskah Drama ke-7 di Jakarta (Women Playwrights International Converence)
Dunia terbagi menjadi serpihan-serpihan yang bertaburan. Bisakah kita melihat serpihan itu? Ataukah kita hanya mampu melihat yang tertancap di kulit kita saja?
E-mail: fardhy_jamapi@yahoo.com
Pangkalan

Bleem
Bingkai Teratai
Lemari
07/01/2003 - 08/01/2003
08/01/2003 - 09/01/2003
11/01/2004 - 12/01/2004
12/01/2004 - 01/01/2005
01/01/2005 - 02/01/2005
Chating

Nama :
Alamat :
Komentar :
1.13.2005

MALAM ITU

Malam itu Rene Descartes mendatangiku. Aku terkejut dan berteriak padanya, “Kau telah mati!” Ia tertawa dan berkata, “Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada)” Aku mendengus seraya menenggak Topi Miring yang tinggal setengah botol itu. Sambil menggaruk-garuk rambut yang acak-acakan, aku mengoceh tentang diriku yang di-PHK dan kini hanya menjadi seorang pengangguran.

Tiba-tiba saja Arthur Schopenhaur muncul dan berkata padaku, “Hidup adalah penderitaan.” Lalu aku pun bertanya padanya, “Kalau hidup itu penderitaan, jadi apa yang harus aku lakukan dengan segala derita yang aku alami ini?”
Belum sempat Schopenhaur membuka mulut, tiba-tiba saja Immanuel Kant datang dan berteriak padaku, “Sapere Aude! (beranilah berpikir sendiri!)” Aku pun tertawa terbahak-bahak sambil menenggak minumanku sampai habis. Kemudian aku pun berteriak, “Aku berpikir maka aku ada. Aku ada, aku menderita. Karena aku menderita maka aku berani berpikir sendiri.” Aku tertawa, berteriak, tertawa, dan berteriak lagi hingga seseorang datang dan mengguyurku dengan seember air.

Aku pun tersadar. Ternyata ketiga filsuf besar itu telah meninggalkanku di sebuah rumah susun sangat sederhana dengan tiga orang anak yang selalu saja menangis kelaparan. Sedang istriku selalu saja marah-marah dan menuntut minta cerai.

Jakarta, 21 September 2003

*Dimuat di Antologi Puisi Dian Sastro for President #2 reloaded terbitan ON/OFF Yogyakarta

posted at 9:15 AM

Comments: Post a Comment